Friday, October 1, 2010

Tiga Elemen Dasar Drifting


PERCAYA DIRI
Anton Rianto dari Drift Bash Enterprize yang menjadi penyelenggara bertekad mencetak drifter andal Indonesia. Makanya, supaya tidak tanggung, beberapa drifter Malaysia diboyong untuk memberi pelatihan. Walau memiliki kemajuan yang cukup cepat, namun Tengku Djan Ley, drifter Malaysia bilang ada tiga komponen dasar yang harus dimiliki tiap drifter, yakni tingkat percaya diri, kecepatan dan konsistensi. "Kalau satu dari tiga elemen tersebut tak terpenuhi, hasil drifting di trek tak akan bagus. Terpenting, hal itu semua akan sangat terlihat oleh juri," sebutnya. Drifter peringkat 1 ASEAN 2009 tersebut memantau 38 peserta sejak awal latihan sampai akhir lomba.

Sebelum memasuki lomba, peserta diberikan pengarahan oleh juri. Diterangkan mengenai cara penilaian yang diinginkan oleh juri, serta titik-titik clipping point yang harus dilewati. Briefing merupakan hal yang penting di drifting. "Hasil briefing, peserta jadi tahu keinginan juri dan semakin percaya diri untuk drifting," tambah Rhenadi Arinton, drifter Indonesia yang kerap berlaga di event drifting kelas ASEAN.

Semakin terlihat ketika memasuki babak lomba yang diawali oleh kualifikasi. Tiga elemen dasar tersebut masuk dalam kategori penilaian. Saat kualifikasi, peserta secara total 3 kali memutari trek. Putaran pertama untuk latihan, serta dua kali sebagai pengambilan angka. Poin tertinggi tiap peserta yang diambil oleh juri (Tengku Djan Ley (Malaysia), Rhenadi Arinton (Indonesia) dan Hanizam Hamzah (Malaysia)).

Menurut para juri dengan tingkat percaya diri yang tinggi, drifter akan bisa menghasilkan angle drift yang besar. Semakin besar angle, maka poin juga semakin tinggi. Tidak hanya itu, dengan kepercayaan diri yang tinggi, akan mampu menyelesaikan seluruh rangkaian trek yang ada tanpa terputus. "Kontinuitas dalam angle drift sangat penting. Usahakan jangan terlalu banyak koreksi ban. Itu sangat penting, terlebih jika drifter Indonesia mau bertanding di event internasional," sebut pria yang pernah merasakan panasnya kompetisi D1GP.

Selain dari sisi angle, tingkat kepercayaan diri tersebut juga bisa menentukan line yang diambil oleh drifter. Jika rasa percaya diri saat lomba kurang tinggi, biasanya line drifting akan selalu berganti-ganti. Baik itu sejak sesi latihan, maupun kualifikasi.

KECEPATAN DAN KONSISTENSI
Urutan berikutnya, masuk pada kecepatan. "Drifter tidak mungkin kencang kalau tidak percaya diri. Juri bisa menilai bukan saja dari speed gun, tapi suara raungan mesin dan knalpot juga bisa dianalisa," kata Loyai, panggilan Hanizam Hamzah.

Konsistensi juga memberi dampak pada tiga penilaian juri tersebut. Sebaiknya para drifter memiliki titik yang konsisten ketika baru memulai drift dan sebaiknya dilakukan di area initiation. Kurangnya konsistensi ketika awal drift, membuat mobil cenderung tak bisa mencapai outer clipping point yang diinginkan juri, dan berdampak pada clipping point berikutnya.

Saat kualifikasi, para juri menilai mengenai besarnya angle drift yang mampu diraih, line yang diambil oleh drifter serta kecepatan ketika awal drifting. Tiga elemen dasar tergambar di kualifikasi. Menurut Djan, masih banyak drifter yang kurang percaya diri ketika melakukan drifting. Buktinya sangat mudah, bagian depan dan ban depan terlihat koreksi. Ketika ada koreksi, drifter tersebut kurang percaya diri.

Masih ada beberapa drifter yang melakukan drift tidak konsisten karena di luar titik yang ditentukan. Hal ini mungkin saja karena tenaga mesin yang dihasilkan tak cukup besar. Atau juga karena tidak yakin dengan kemampuan dan mobilnya itu sendiri.

Sedangkan di sisi kecepatan, sebisa mungkin drifting dengan speed yang tinggi. Sehingga mengontrol dan mengarahkan mobil lebih mudah dibanding kalau masuk dengan kecepatan yang tanggung.

TANDEM
Tiga elemen dasar tersebut juga berlaku untuk tandem. Jika diterapkan pada lead car, maka tekanan sebesar apapun dari mobil belakang, lead car tetap melakukan drift dengan bagus. Sedang pada chase car, akan bisa mendekati lead car.

Djan memberi contoh saat pertarungan antara Anjasara Benedictus dengan M. Rully Armando. Keduanya sama-sama menggunakan Nissan Cefiro. "Hasil yang imbang sebenarnya. Tapi keduanya masih terlihat ada rasa kurang percaya diri dengan melakukan beberapa koreksi. Kurang percaya diri bisa juga dipicu karena masalah teknis mobil. Secara keseluruhan, keduanya baik, tapi harus menambah rasa percaya diri," sarannya. Hal ini diakui oleh Anjasara. "Memang sedikit berkurang. Lebih-lebih karena kabel rem tangan udah molor," kekeh Anjas, panggilannya.

Demikian juga ketika tandem antara Dido, panggilan M. Rully Armando dengan M. Hermawan. Tandem keduanya sempat diulang karena memiliki hasil yang sama. Kali ini Djan menyoroti titik Wawan, panggilan M. Hermawan saat drifting. Menurut Djan, Wawan kurang konsisten menentukan titik drifting. Kadang terlalu maju, kadang terlalu mundur.

BANGUN MOBIL

Selain elemen dasar, mobil juga harus mumpuni. Djan dan Loyai menyarankan memilih mobil yang spare part kompetisinya banyak dijual, lebih bagus kalau memang ada spesifikasi khusus driftingnya. Sebagai contoh Nissan Cefiro, Silvia, SX series dan lainnya. Hal ini membantu ketika proses pengembangan mobil. Jadi drifter konsentrasi hanya mengembangkan diri, tidak terpecah untuk mencari part guna mengembangkan mobil.

Dalam drifting, mobil dan drifter menjadi satu kesatuan. Mobil merupakan alat untuk drifting, sedangkan drifter merupakan pemilik yang menjalankannya. Tidak mungkin bisa berhasil maksimal, jika hanya mobil atau drifter-nya saja yang bagus.

Menurut Djan, perkembangan keduanya harus berjalan seimbang. Jangan hanya melakukan pengembangan mobil, tapi keahlian drifter tidak ditingkatkan. Demikian juga sebaliknya, jangan hanya mengembangkan kemampuan drifting, tapi mobil dilupakan. "Sampai kapanpun hasilnya tak mungkin maksimal," ucap pria ramah ini. Satu sisi meningkat, maka sisi lain juga harus ditingkatkan.

Maka sangat penting mengetahui limit dari kemampuan modifikasi mobil dan drifting. Disarankan juga dalam membangun mobil tidak langsung menggunakan barang-barang yang bisa memacu tenaga mobil jauh dari standarnya. Loyai menyarankan pertama drifting menggunakan mesin dalam keadaan standar. "Lakukan pengembangan secara perlahan dan bertahap. Karena kalau langsung level atas, drifter dijamin tidak akan mampu mengendalikan mobil. Terjadi justru buang uang dan waktu," urainya.

Ketika tahap pengembangan mobil juga harus diperhatikan bagian per bagian. Mesin tidak memiliki porsi lebih dibanding kaki-kaki. Kedua bagian tersebut sama pentingnya, tergantung pada drifter itu sendiri. "Itulah mengapa sesi latihan sangat penting untuk dijalani. Ketika ada sesuatu yang kurang bisa langsung ditangani. Latihan harus sebanyak mungkin, jangan hanya pas event saja," seru pengguna Nissan Cefiro kala drifting ini.

Menurut kedua drifter ASEAN ini pengembangan tersebut berjalan satu per satu. Karena jika keduanya dikembangkan secara bersamaan justru tidak akan diketahui kekurangan dan kelebihan dari modifikasi yang telah dilakukan.

Djan dan Loyai cukup yakin kalau Indonesia punya potensi yang besar, asalkan elemen dasar dipatuhi, serta pengembangan berjalan seimbang.

No comments:

Post a Comment